Menghadapi Tantangan Modern Mempertahankan Pasokan Pangan
Kisah petani Indonesia selalu penuh cerita yang menarik untuk dikulik dan dipelajari. Sebagai tulang punggung negara agraris yang kaya akan hasil bumi, para petani layak mendapatkan apresiasi lebih atas kerja keras mereka. Setiap suapan makanan yang kita nikmati setiap hari adalah buah dari jerih payah mereka di ladang, yang tidak hanya menjamin ketersediaan pangan, tetapi juga memenuhi kebutuhan gizi bangsa.
Baru-baru ini, Widya Erti Indonesia berkesempatan untuk berdialog dengan tiga petani dari Lampung Timur yang terlibat dalam program Sekolah Kelapa Nira. Mereka adalah Pak Sarto (59 tahun), Pak Hanafi (45 tahun) dan Pak Solekan, (39 tahun). Meski berasal dari generasi yang berbeda, ketiganya berbagi cerita tentang suka duka bertani di Lampung—wilayah yang dikenal sebagai salah satu lumbung padi nasional. Melalui pengalaman yang telah mereka lalui, mereka mengidentifikasi tiga tantangan utama dalam pertanian saat ini: ketidakpastian iklim, pengendalian hama, dan akses ke pupuk. Namun, dalam semua itu, mereka tetap menaruh harapan pada masa depan pertanian.
El Niño Menggoyahkan Ketahanan Petani
Badai El Niño telah memperparah kondisi bagi petani seperti Pak Sarto, Pak Hanafi, dan Pak Solekan yang merasakan tertundanya musim panen. Ketidakpastian iklim ini telah secara signifikan menurunkan produktivitas mereka, menjadi tantangan yang harus dihadapi setiap hari. Pak Hanafi mengungkapkan bahwa tiga varietas tanaman yang ia budidayakan—kelapa genjah, kakao, dan palawija—telah mengalami penurunan hasil panen yang signifikan. Kelapa genjah yang ditanamnya mengalami layu 60-70% karena kekurangan air, diperparah oleh lokasi lahan yang jauh dari sumber irigasi yang ada. Sementara itu, kakao yang ia tanam mengalami kemunduran waktu panen, dan palawija hanya mencapai 70% dari potensi produksi.
Stres tidak hanya mempengaruhi tanaman, tetapi juga para petani itu sendiri. Pak Solekan, seorang petani milenial, merasakan beban psikologis akibat musim kemarau yang panjang. Namun, disisi lain, ada sedikit sinar harapan yang dimiliki Pak Sarto, yang merasa beruntung karena lahan yang ia kelola terbukti lebih tahan terhadap fluktuasi iklim. Keberuntungannya ini sebagian besar berkat praktik pertanian organik yang telah ia terapkan sejak awal dekade 2010-an.
Strategi Pengendalian Hama Tanaman
Dalam menghadapi tantangan produktivitas pertanian, mempertahankan pertumbuhan tanaman dari serangan hama menjadi prioritas utama. Setiap jenis tanaman juga memiliki tantangan hama yang unik. Misalnya, di sawah Pak Sarto, hama wereng, ulat, dan kresek kerap menyerang tanaman padi, sementara pada kelapa genjah, hama wawung menjadi musuh utama.
Pak Solekan membagikan strateginya mengendalikan hama secara organik menggunakan jaring yang diselimutkan ke batang kelapa genjah. Ia berharap melalui pengendalian hama wawung ini, produktivitas kelapa genjah bisa meningkat.
Situasi berbeda dihadapi oleh Pak Hanafi dengan komoditas kakao. Sejak 2010, penyebaran hama busuk buah telah drastis mengurangi produktivitas kakao, menyerang batang dan menyebabkan ujung ranting kering.
Menghadapi ini, penting untuk menyadari bahwa pembasmian hama total bukanlah solusi, karena dapat mengganggu siklus alam dan memicu kemunculan hama baru yang mungkin lebih berbahaya. Oleh karena itu, para petani ini menggunakan pestisida secara bijak dan berkala, bertujuan untuk mengontrol populasi hama tanpa merusak ekosistem. Upaya ini membantu memulihkan produktivitas tanaman dan memastikan kelangsungan panen.
Menabur Pupuk, Menuai Pertanian Berkelanjutan dan Ekonomis
Pupuk adalah komponen esensial dalam pertanian yang tidak hanya menjaga kesuburan tanah tetapi juga mempercepat pertumbuhan tanaman, memberikan kontribusi vital pada keberlanjutan siklus alam. Pak Solekan berbagi pengalaman rutinnya dalam pemupukan untuk kelapa genjah yang ditanam di sawahnya. Saat ini, ia menggunakan pupuk NPK tetapi juga sedang bereksperimen dengan pupuk organik untuk menjaga kegemburan tanah.
Di sisi lain, Pak Sarto telah sepenuhnya beralih ke penggunaan pupuk organik, sebuah langkah yang ia temukan tidak hanya lebih hemat biaya tetapi juga meningkatkan produktivitas dan nilai jual produknya. Meskipun menghadapi tantangan awal berupa penurunan hasil panen, Pak Sarto tidak terlalu khawatir. Ia yakin bahwa model pertanian organik yang ia adopsi adalah masa depan dari pertanian yang berkelanjutan, memberikan harapan baru untuk pertanian yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis.
Berjuang untuk Pertanian Berkelanjutan
Kisah dari Pak Sarto, Pak Hanafi, dan Pak Solekan mencerminkan keteguhan dan ketahanan petani Indonesia dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan. Sebagai bagian dari komitmen untuk mendorong kemajuan pertanian di Indonesia, Widya Erti Indonesia berperan aktif dalam meningkatkan kapasitas petani melalui pelatihan Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practice atau GAP). Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani, sehingga mereka tidak hanya kompetitif tetapi juga mampu mengatasi berbagai tantangan pertanian yang semakin kompleks.
Sebagai penutup, sebuah pesan penuh harapan dari Pak Solekan untuk generasi penerus: “Jangan takut bertani, bertani itu menyenangkan.” Pesan ini juga mengajak generasi muda untuk melihat pertanian sebagai jalan masa depan yang berkelanjutan dan menguntungkan.